بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيْمِ
Dengan nama Allāh Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang
Penjelasan :
Membaca "Bismillāhir-Rahmānir-Rahīm" ketika membaca surah Al-Fātihah hukumnya
wajib, berdasarkan sebuah hadits dari Abū Hurairah, sesungguhnya Rasūlullāh saw.
bersabda :
إِذَا قَرَأْتُمْ )الْحَمْدُ لِلّٰهِ ( فَاقْرَؤُا )بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ
الرَّحِيْمِ ( إِنَّهَا أُمُّ الْقُرْآنِ، وَ أُمُّ الْكِتَابِ ، وَ السَّبْعُ
الْمَثَانِي ، وَ )بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ ( إِحْدَى آيَتِهَا
Artinya :
Jika kalian membaca "Al-Hamdulillāh" (surah Al-Fātihah), maka bacalah "Bismillāhir-Rahmānir-Rahīm".
Sesungguhnya ia (Al-Fātihah) adalah Ummul-Qur-ān, dan Ummul-Kitāb, dan juga
tujuh yang diulang-ulang. Dan "Bismillāhir-Rahmānir-Rahīm" adalah salah satu
dari ayat-ayatnya.
(H.R. Ad-Dāruquthnī dan Al-Baihaqī. Lihat Al-Fathul-Kabīr no. : 742)
Hadīts ini menyatakan bahwa "Bismillāhir-Rahmānir-Rahīm" adalah salah satu ayat
dari surah Al-Fātihah.
Al-Imām Ibnu Katsīr dalam "Tafsīrnya" menyatakan bahwa Abū Dāwūd meriwayatkan
dari Ibnu 'Abbās r.a. dengan isnād yang shahīh, ia berkata :
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ كَانَ لاَ يَعْرِفُ فَصْلَ
السُّوْرَةِ حَتَّى يُنْزَلَ بِسْمِ اللهِ الرَّحْماَنِ الرَّحِيْمِ
Artinya :
"Sesungguhnya Rasūlullāh saw. asalnya tidak mengetahui pemisah surah-surah --
Al-Qur-ān -- sehingga diturunkanlah "Bismillāhir-Rahmānir-Rahīm".
(Lihat Tafsīr Ibnu Katsīr juz I hal. 16)
Ucapan Ibnu 'Abbās r.a. menunjukkan kedudukan "Bismillāhir-Rahmānir-Rahīm"
sebagai pemisah di antara surah Al-Qur-ān.
Makna Bismillāh (بِسْمِ اللهِ)
Sebagian 'ulamā' menyebutkan bahwa huruf "Ba" (بِ) di sini bermakna "Dengan".
Sedangkan "Ismi" (اسم) artinya "nama". Jadi "Bismillāh" artinya "Dengan nama
Allāh". Adapun maknanya menurut Al-Imām Al-Qurthubī ialah :
بَدَأْتُ بِعَوْنِ اللهِ وَ تَوْفِيْقِهِ وَ بَرَكَتِهِ
Artinya :
"Aku memulai dengan pertolongan Allāh dan petunjuk-Nya serta keberkahan-Nya".
Selanjutnya Al-Imām Al-Qurthubī berkata :
"Ini merupakan pelajaran dari Allāh Ta'ālā kepada hamba-hamba-Nya , agar mereka
senantiasa menyebut nama-Nya ketika memulai membaca dan lain-lain -- pekerjaan
--, sehingga -- semua itu -- dimulai dengan berkah dari Allāh Jalla wa 'Azza".
(Lihat Tafsīr Al-Qurthubī juz I hal. 103)
Selanjutnya : "Ar-Rahmān" (الرَّحْمٰن) : "Yang Maha Pemberi"; dan "Ar-Rahīm" (الرَّحِيْم)
: "Yang Maha Penyayang", dua shifat Allāh yang dibahas kemudian.
Adalagi sebuah penjelasan yang menyatakan bahwa "Ba" (بِ) di sini bermakna "Lil-Mushāhabah"
(لِلْمُصَاحَبَةِ) yaitu : "Untuk mendampingi atau mendekatkan". Ada satu
penjelasan lagi yang menyatakan "Ba" (بِ) di sini bermakna "Lil-Isti'ānah" (لِلإِسْتِعَانَةِ)
yaitu : "Minta bantuan".
Jadi, arti "Bismillāh :
"Aku mendekatkan keadaanku -- kepada Allāh -- dan memohon bantuan dengan
menyebut-Nya serta mengharap berkah dengan-Nya".
(Lihat Fathul-Majīd hal 9)
Manfaat dan Penggunaan Bismillāh (بِسْمِ اللهِ) .
Dalam beberapa hadīts yang shahīh telah disebut manfaat dan penggunaan "Bismillāh"
atau "Bismillāhir-Rahmānir-Rahīm" dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
1). Ketika Naik Kendaraan
Sebagaimana firman Allāh SWT. :
وَ قَالَ ارْكَبُوْا فِيْهَا بِسْمِ اللهِ مَجْرِيْهَا وَ مُرْسَاهَا
Artinya :
Dan Nūh berkata : "Naiklah kalian ke dalamnya (perahu) dengan menyebut Bismillāh
di waktu berlayar dan berlabuhnya.....".
(Surah Hūd (11) : 41)
2). Ketika Kendaraan Terpeleset
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadīts dari Abīl-Malīh, dari seorang
shahabat, ia berkata :
كُنْتُ رَدِيْفَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَعَثَرَتْ دَابَّتُهُ
، فَقُلْتُ: تَعِسَ الشَّيْطَانُ ، فَقَالَ : لاَ تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ ،
فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَعَاظَمَ حَتَّى يَكُوْنَ مِثْلَ الْبَيْتِ ، وَ
يَقُوْلُ : بِقُوَّتِي ، وَ لَكِنْ قُلْ بِاسْمِ اللهِ ، فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ
ذَلِكَ تَصَاغَرَ حَتَّى يَكُوْنَ مِثْلَ الذُّبَابِ
Artinya :
Aku pernah dibonceng Nabi saw., tiba-tiba kendaraan Beliau tergelincir, maka aku
berkata : "Celaka Syaithān!". Beliau pun berkata : Jangan engkau berkata : "Celaka
Syaithān", karena jika engkau berkata seperti itu ia (Syaithān) akan menjadi
besar seperti rumah, dan ia berkata : "Sebab kekuatanku". Akan tetapi ucapkanlah
: "Bismillāh", karena jika engkau mengucapkan itu, ia (Syaithān) akan menjadi
kecil sehingga sebesar lalat.
(Syaikh Al-Albānī (rahimahullāh) berkata : Dikeluarkan oleh Abū Dāwūd dengan
sanad yang shahīh, dan majhūlnya shahabat tidak membahayakan. Di samping itu
Ibnus-Sunnī juga meriwayatkan dengan sanad yang tidak mengapa, dari Abīl-Malīh,
dari ayahnya, dan ayahnya itu seorang shahabat yang bernama Usāmah. Begitu-juga
An-Nasā-ī telah meriwayatkan hadits ini dalam Kitāb (Al-Yaumu wal-Lailah), dan
juga Ibnu Mardawih dalam Tafsīrnya, dan juga Al-Imām Ahmad telah meriwayatkan
hadīts ini. Lihat Al-Kalimuth-Thayyib oleh Syaikhul-Islām Ibnu Taymiyyah dengan
tahqīq Syaikh Al-Albānī hal. 121)
3). Ketika Mulai Makan
Sebagaimana sabda Rasūlullāh saw. kepada anak asuhnya, yaitu 'Umar bin Abī
Salamah :
قُلْ بِسْمِ اللهِ وَ كُلْ بِيَمِيْنِكَ وَ كُلْ مِمَّا يَلِيْكَ
Artinya :
"Ucapkanlah Bismillāh, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari apa (makanan)
yang dekat denganmu".
(H.R. Muslim. Lihat Tafsīr Ibnu Katsīr juz I hal. 18)
4). Ketika Berwudhu
Sebagaimana sabda Rasūlullāh saw. :
لاَ وُضُوْءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللهِ عَلَيْهِ
Artinya :
"Tidak shah wudhu bagi orang yang tidak membaca Bismillāh atasnya (wudhu)".
(H.R. Ahmad dan Ahlus-Sunan dari riwayat Abī Hurairah dan Abī Sa'īd secara marfū'.
Lihat Tafsīr Ibnu Katsīr juz I hal. 18)
5). Ketika Melakukan Hubungan Dengan Isteri
Sebagaimana sabda Rasūlullāh saw. :
لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ قَالَ بِاسْمِ اللهِ
اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَ جَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا ،
فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرَ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ لَمْ يَضُرُّهُ الشَّيْطَانُ أَبَدًا
Artinya :
Seandainya salah seorang kalian ketika mendatangi isterinya, lalu membaca : "Bismillāh,
ya Allāh jauhkan syaithān dari kamu, dan jauhkanlah syaithān dari apa (anak)
yang Engkau rezekikan pada kami". Maka, jika ditaqdirkan -- lahir seorang --
anak di antara keduanya, syaithān tidak akan bisa memberi mudharat kepada anak
itu selamanya".
(H.R. Ash-Shahīhain dari Ibnu 'Abbās. Lihat Tafsīr Ibnu Katsīr juz I hal. 18)
6). Ketika Melakukan Segala Masalah Yang Penting
Sebagaimana sabda Rasūlullāh saw. :
كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ
الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَقْطَعُ
Artinya :
"Segala perkara penting yang tidak dimulai dengan "Bismillāhir-Rahmānir-Rahīm",
maka ia (perkara) terputus".
(H.R. Ibnu Hibbān dari dua jalan. Lihat Fathul-Majīd hal 8)
Al-Imām Ibnu Katsīr menyebutkan sebuah riwayat dari Ibnu 'Abbās tentang ucapan
malaikat Jibrīl kepada Rasūlullāh saw. :
قُلْ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Artinya :
Ucapkanlah -- ya Muhammad -- "Bismillāhir-Rahmānir- Rahīm".
Lalu Jibrīl berkata lagi kepada Beliau saw. :
بِسْمِ اللهِ يَا مُحَمَّدٌ يَقُوْلُ إِقْرَأْ بِذِكْرِ اللهِ رَبِّكَ وَ قُمْ وَ
اقْعُدْ بِذِكْرِ اللهِ تَعَالَى
Artinya :
"Bismillāh ya Muhammad, bacalah dengan menyebut nama Allāh Rabb-mu, berdirilah
dan duduklah engkau dengan menyebut nama Allāh".
(Lihat Tafsīr Ibnu Katsīr juz I hal. 18)